Sabtu, 23 Juni 2012

Nilai Sosial Dan Degradasi Sosial



Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.

Ciri nilai sosial di antaranya sebagai berikut.
§  Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
§  Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
§  Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
§  Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
§  Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
§  Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial
§  Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
§  Cenderung berkaitan satu sama lain.

Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (internalized value).
Nilai dominan
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.
§  Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politikekonomihukum, dan sosial.
§  Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
§  Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal.
§  Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.



Nilai mendarah daging (internalized value)
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Menurut Notonegoro,nilai sosial terbagi 3, yaitu:
1.     Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi fisik/jasmani seseorang.
2.     Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang.
3.    Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/psikis seseorang.

Pengertian Menurut Para Ahli:
·         Kimball Young
Mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.

·         A.W.Green
Nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.

·         Woods
Mengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari

·         M.Z.Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang pantas,berharga,dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut.

·         Hendropuspito
Menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.




·         Karel J. Veeger
Menyatakan sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-pengertian (sesuatu di dalam kepala orang) tentang baik tidaknya perbuatan-perbuatan. Dengan kata lain, nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan moral.

Salah satu efek dari modernisasi adalah pergeseran nilai. Hal ini bisa dilihat dari perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Ketika ada unsur baru yang menarik di hati, maka masyarakat pun dengan perlahan tapi pasti akan mengikut pada nilai tersebut. Dalam hal ini nilai positif yang konstruktif dan negatif yang destruktif.

Fenomena yang paling tampak depan mata adalah nilai budaya. Nilai ini setidaknya bisa dilihat dari tiga hal: kognitif, interaksi sosial, dan artefak. Dalam tingkatan kognitif, budaya berada dalam pikiran pemeluknya. Di situlah berkumpul nilai, pranata serta ideologi. Pada skala interaksi sosial, bisa dilihat dan dirasakan karena ada hubungan. Sedangkan dalam wilayah artefak, nilai yang telah diyakini oleh pemilik kebudayaan itu ada dijelmakan dalam bentuk benda-benda.

Jika melihat perihal masyarakat kita, pergeseran budaya memang wajar terjadi. Setidaknya ini terjadi karena efek dari modernisasi dan globalisasi. Terkadang juga nilai budaya yang telah lama dipegang menjadi sedemikian mudah untuk dilepaskan. Adalah karena terlalu kerasnya tarikan modernitas.Modernitas seharusnya dimaknai sebagai pertemuan dari berbagai unsur dalam bumi. Ada kebaikan ada keburukan, ada tinggi ada rendah, ada atas ada bawah. Kita perlu selektif dalam mengadopsi unsur budaya yang masuk. Jangan sampai pranata sosial yang telah lama dibangun kemudian runtuh hanya persoalan kemilau modernitas

Kelompok yang paling mudah mendapat pengaruh modernitas adalah golongan muda. Kaum muda biasanya ditandai dengan proses pencarian jati diri. Dalam perjalanannya, kadang ada individu yang berhasil mendapatkan jati dirinya dengan baik. Juga ada yang terperangkap dalam lorong gelap modernitasSalah satu pengaruh modernitas ada pada dunia entertainment. Dunia ini penuh dengan lifestyle yang cenderung kebarat-baratan. Kiblat hidupnya selalu ke negara barat. Persoalannya bukan pada geografis, akan tetapi pada nilai. Sebagaimana kita ketahui, nilai barat cenderung liberal. Terutama dalam pergaulan.

Bagi kita bangsa Timur, nilai kebebasan ala barat perlu disensor. Karena kita memiliki nilai moralitas, serta sopan santun. Tanpa maksud menggeneralisasi, di dunia barat budaya yang dominan adalah kebebasan. Bebas itu boleh dan fitrawi, akan tetapi kebebasan yang kita perlukan adalah kebebasan yang bertanggungjawab yang tetap dalam landasan nilai moralitas keagamaan.
Ketika agama sudah tidak diindahkan, maka akan terjadi ketimpangan. Agama sejatinya adalah sumber moralitas dan pengatur masyarakat. Sebagai nilai ideal, agama perlu dimaknai seiring perkembangan zaman. Akan tetapi bukan berarti asal ditasfirkan. Agama harus menjadi unsur pembebasan manusia yang materialisme yang mengekang. Daya progressifitasnya perlu dijelmakan dalam realitas sosial.
Seorang yang beragama ketika menghadapi tantangan modernitas akan menghadapinya dengan selektif. Tidak meninggalkannya secara kesuluruhan, juga tidak mengambilnya secara tergesa-gesa. Ada filterisasi atas budaya luar. Dipertimbangkan apakah cocok dengan kepribadian bangsa atau tidak. Jika cocok, maka akan diambil sebagai masukan bagi budaya lokal, terutama dalam masalah ilmu pengetahuan.
Pergeseran nilai dalam masyarakat kita perlu dilihat sebagai proses sosial. Artinya sebagai proses, ia belumlah sebagai akhir dari tingkatan masyarakat. Masih ada lanjutan tingkatan yang terus menjadi hingga sampai pada level terakhir. Pergeseran ini agar berjalan dengan baik, maka perlu pengawasan dari kita semua. Jangan sampai budaya luhur yang telah ada menjadi kabur dan tidak up to date dengan lingkungan kekinian.Seluruh kita, perlu mencari hikmah dalam tiap perubahan. Dalam politik, seperti pilihan untuk menggunakan demokrasi juga merupakan proses yang terus berubah. Tentunya beda demokrasi yang dijalankan di negara barat dengan kita. Demokrasi kita cenderung pada aktualisasi nilai pancasila.

Ketika terjadi kekerasan dalam budaya massa, maka itu juga adalah bagian dalam proses demokrasi. Ada pergeseran dalam dialektika masyarakat. Yang perlu kita lakukan sekarang ketika bertemu dengan kekerasan adalah menjadikannya pelajaran untuk tidak diulangi di masa dating.Pergeseran nilai selain bisa berakibat positif juga negatif. Tergantung cara kita dalam melihat ruh pergeseran itu. Agar budaya massa kita menjadikan pergeseran ini sebagai unsur konstruktif, maka perlu ada penyadaran seluruh lapisan masyarakat. Penyadaran ini bisa dilakukan dalam skala struktur sosial kita.


Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar