Malem minggu, minggu pertama di
bulan kelima rencananya saya mau ngedeat sama seorang cewek yang bisa dibilang
pacar. Suatu sore saya menjemput sang pacar di kampusnya karena dia kuliah dari
pagi hari hingga sore hari, rencananya sehabis jemput akan saya ajak ke rumah
saya menunggu hingga malem tiba terus malem mingguan bareng teman teman saya.
Tapi tidak sesuai rencana sang pacar malah mengajak saya suatu mall, saya tidak
menolak namun berat sekali hati karena di dompet hanya membawa uang 80rb rupiah saja. Sesampainya di
mall sang pacar mengajak saya ke tempat aksesoris cewek dia membeli sesuatu
seharga 25rb, saya juga membeli 2 bondu karet untuk bermain basket seharga 5rb
baru dateng saja sudah mengeluarkan 30rb dan saya yang bayar itu semua sisa
uang di dompet 50rb. Selanjutnya sang pacar ngajak saya makan di restoran cepat
saji yang terkenal akan burgernya saya memesan menu dengan total 60rb sedangkan
di dompet sisa 50rb, saya berikan saja 50rb terakhir saya dan dengan berat hati
ditambah malu bilang uang saya habis untungnya sang pacar mengerti dan dia
menambahkan 10rb untuk membayar total harga 60rb. Saat kita akan mencari duduk
bertemulah saya dengan kakak perempuan saya dengan suami dan kedua anaknya,
namun saya masih duduk di meja yang berbeda. Sesudah kami makan keponakan saya
mengajak saya untuk bermain di arena bermain di mall tersebut dan saya
menemaninya, tapi saya tenang karena saya hanya menemani karena dia sudah
meminta uang kepada mamahnya. Kurang lebih 1 jam saya menemani keponakan saya
main dengan sang pacar, sesudah main saya, sang pacar, dan keponakan saya
mencari kakak saya pas ketemu kakak saya ngajak kita semua karokean di tempat
karoke di mall tersebut pertama saya tidak enak karena malu namun apa boleh
buat harus menunggu teman teman saya di mall hingga jam 8 malam sedangkan jam
masih menunjukan jam 5 sore ikutlah saya dan sang pacar, setelah karokean
selama 2 jam, waktu sudah menunjukan jam 7 malam. Kakak dan keponakan saya
ingin makan di suatu restoran jepang dan mengajak saya dan sang pacar masih
gaenak juga namun enak enakin aja deh sama kakak sendiri ini. Ikutlah saya dan
sang pacar makan, setelah beres makan kakak saya dan keluarganya pulang
sedangkan saya dan sang pacar masih ingin ketemu teman teman saya, gaenak
banget sih saya seharian nebeng ngedeat hahaha
tapi gapapa deh. Ketemulah saya dengan teman teman saya di suatu tempat
ngopi mau pesan ga ada uang namun ada sang pacar yang mengerti dan mau bayarin
malu sih tapi gimana lagi daripada ga mesen apa apa, akhirnya saya dan sang
pacar nongkrong di tempat kopi sampai jam 11 malam. Ketika mau pulang masih aja
masalah datang mau bayar parkir aja gabisa akhirnya di bayarin lagi lah sama
sang pacar, untung aja sang pacar mengerti hahaha di kirain sudah selesai
masalah tinggal anter sang pacar pulang eh ternyata masih ada lagi habis bensin
dan dibayarkan lagi bensin sama sang pacar sumpah seharian di bayarin terus
hahahaha pengalaman yang memalukan namun enak sih ga abis uang saya untuk
ngedeat.
Sabtu, 03 Mei 2014
Ragam Bahasa Indonesia
A.
Definisi
Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah
variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap
sebagai ragam yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi,
atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy
Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul
dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam
situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di
taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
B.
Macam – Macam
Ragam Bahasa
1.
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Di dalam
bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa
kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai kosa kata baku
bahasa Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa Indonesia, memiliki ciri kaidah
bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau
instansi didalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu
digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam
pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa
ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam
bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup kemungkinan
untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan
bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan ialah kaidah
tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan
(situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968;
Spradley, 1980). Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media dibagi menjadi dua
yaitu :
a.)
Ragam bahasa
lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan
melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan
dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi
pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian,
ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat
tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan
secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.
Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut
sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari
ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan
dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam
tulis. Ciri-ciri ragam lisan :
·
Memerlukan
orang kedua/teman bicara.
·
Tergantung situasi, kondisi,
ruang & waktu.
·
Hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh.
·
Berlangsung cepat.
·
Sering dapat berlangsung tanpa
alat bantu.
·
Kesalahan dapat langsung
dikoreksi.
·
Dapat dibantu dengan gerak tubuh
dan mimik wajah serta intonasi.
Yang termasuk
dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah, sambutan,
berbincang-bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan
kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau
berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara
penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.
b.)
Ragam bahasa
tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan
(ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam
ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti
bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya
ilmiah, surat kabar, dll. Dalam ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan
bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya
ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
·
Tidak
memerlukan kehadiran orang lain.
·
Tidak terikat
ruang dan waktu.
·
Kosa kata
yang digunakan dipilih secara cermat.
·
Pembentukan
kata dilakukan secara sempurna.
·
Kalimat
dibentuk dengan struktur yang lengkap.
·
Paragraf
dikembangkan secara lengkap dan padu.
·
Berlangsung
lambat.
·
Memerlukan
alat bantu.
2.
Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
a.)
Ragam Bahasa
Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat
menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di
Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas
yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak
pada pelafalan “b” pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti
Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan lain-lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali
tampak pada pelafalan “t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b.)
Ragam Bahasa
berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan,
terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah,
kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan
mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya
membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun
sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
c.)
Ragam bahasa
berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh
setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap
pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai.
Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak
antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam
bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan
makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam :
·
Pembicaraan
di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan
kuliah/pelajaran.
·
Pembicaraan
dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan
pejabat.
·
Komunikasi
resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang.
·
Wacana
teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
3.
Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok
persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang
berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa
yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan
dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam
lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang
digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan
istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau
penggunaan sejumlah kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam
bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang
digunakan dalam bidang agama. Koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam
bidang kedokteran. Improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam
lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok
persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan
kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah,
kalimat-kalimat dalam koran atau majalah dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata
Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Ø Effendi, S. 1995. Panduan
Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.
Ø Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan
Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Langganan:
Postingan (Atom)