Faktor-Faktor Yang Menimbulkan
Anarkisme
Anarkisme adalah suatu paham yang
mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya
adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan penindasan terhadap kehidupan,
oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti
koordinasi dan pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara
luas sebagai pihak yang superior dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif
(baik pada ranah publik maupun privat).
Ada beberapa faktor penyebab
munculnya tindakan anarkis ataupun premanisme di negara ini antara lain, faktor
mendasar yaitu penerapan ideologi sekulerisme kapitalisme, kedua faktor
ekonomi, ketiga karena penegakan hukum yang lemah, dan keempat adalah semua itu
akan makin diperparah oleh sistem hukum dinegri ini yang tidak bisa memberikan
efek jera bagi pelaku tindakan premanisme ataupun kejahatan. Hukuman yang
dijatuhkan terhadap preman atau yang melakukan tindakan kejahatan yang terlibat
bentrokan bahkan pembunuhan begitu ringan. Hukum dinegri sangat terlihat bisa
diperjual belikan, sehingga para preman yang di ajukan ke pengadilan bisa lolos
dari jerat hukuman. Jikapun mereka dijatuhi hukuman dan penjara, tapi nyatanya
mereka masih bisa mengendalikan bisnis premannya. Didalam penjara mereka
mendapat kenyamanan tertentu bahkan bisa mendapatkan sejumlah anak buah baru.
Dari situ lah sudah dapat terlihat bahwa sebab merajalelanya premanisme bukan
lagi bersifat individu melainkan sistemik. Sistem yang ada justru menjadi
faktor utama. Karenanya itu sudah wajar jika pemberantasan premanisme dalam
sistem yang seperti itu akan terus menjadi mimpi. Ditengah minimnya lapangan
pekerjaan, gaya hidup materialisme, hedonisme dan konsumerisme justru didorong
segencar-gencarnya. Disisi lain, hal tersebut banyak dipertontonkan banyak
pegawai negri, pejabat dan politis yang mendapatkan harta banyak dan bergaya
hidup mewah. Bahkan mereka yang korupsi bisa dengan mudah lolos dari jeratan hukum,
kalaupun dihikum, sangat ringan, karena semua itu bisa makin mendorong sebagian
orang memilih menjadi preman sebgai jalan mudah mendapatkan harta
sebanyak-banyaknya. Jadi bila sudah
seperti sekarang, negara ini dan sistemnya harus seperti apa dan sistem yang
seperti apa yang cocok dipakai oleh negara Indonesia yang sangat luas
terbelah-belah pulau yang menjadikan pengawasan pun harus lebih extra serta
berbagai karakter suku bangsa.
Dan di bawah ini merupakan faktor
yang menyebabkan anarkis:
·
Rendahnya
pengetahuan mengenai agama yang diketahui oleh mereka
·
Kurangnya efektif pembinaan di rumah tangga,
sekolah maupun masyarakat
·
Dasarnya harus budaya matrealistis, hedonistis
dan sekularistis
·
Belum
adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk melakukan pembinaan
moral bangsa
Diatas merupakan beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya anarkis yang semakin marak di negara kita ini. Bagaimana
cara agar mereka tidak melakukan hal yang melanggar hukum sehingga tidak banyak
kerusakan yang terjadi dan manusianya juga menjadi manusia yang berguan bagi
bangsa ini dan mampu membangun bangsa menjadi yang lebih baik lagi.Ada banyak
hal yang dapat dilakukan oleh beberapa agar tidak terjadi tawuran yang memakan
korban dan merusak fasilitas di sekitar tempat kejadian.
Faktor Internal
Salah satu faktor yang amat
mempengaruhi peubahan karakter masyarakat yang cenderung anarkis yakni faktor
dari dalam masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini anarkisme sebenarnya tidak
murni hasil sumbangan budaya barat yang tidak mengenal sopan santun, namun juga
sebenarnya telah berkembang dimasyarakat kita sejak zaman kerajaan atau
pra-kolonial. Kita dapat mengambil contoh perang suku di Papua yang disinyalir
menjadi ritual wajib dalam kebudayaan masyarakat sana. Adapun secara kultural,
kita dapat mengkaji bahwa, anarkisme awalnya terbentuk dari sebuah gesekan
antar suku, namun seiring dengan pola kultural yang berlaku di masyarakat papua
tersebut, hal itu telah menjadi sebuah kebiasaan yang terus menerus dilakukan
yang akhirnya menciptakan sebuah budaya baru. Yakni budaya kekerasan yang
terjadi di kalangan masyarakat papua. Dari contoh tersebut kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa budaya kekerasan sendiri sebenarnya telah dimiliki oleh
masyarakat kita sebagai sisi lain dari budaya ramah tamah yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia pada umunya.
2.
Faktor eksternal
Globalisiasi. Sebuah kata kunci untuk
mengambarkan bagaimana sebenarnya pergerseran budaya menjadi faktor eksternal
dari perilaku anarkis yang selama ini terjadi. Faktor internal telah menjadi
fondasi dasar atas perilaku anarkis yang berkembang di masyarakat. Disamping
itu, globalisasi telah menyusupkan sebuah virus negatif sebagai sisi lain dari
kemajuan zaman yang ia gaungkan. Dalam hal ini, budaya barat sebenarnya tidak
murni mengharapkan terjadinya pergeseran budaya dimasyarakat kita. Namun proses
filterisasi atau pemaknaan yang salah atas budaya barat yang masuk ke budaya
kita menyebabkan terjadinya akulturasi yang tidak sempurna, bahkan menjurus
negatif. Sebagai contoh ketika budaya sosialisme yang disalah artikan oleh
lenin menjadi sebuah komunisme-leninisme. Dalam hal tersebut, sebenarnya
sosialisme yang digambarkan oleh marx adalah sebuah kesetaraan sosial. Namun
oleh lenin diubah sebagai cara untuk menyetarakan masyarakat dengan jalan
apapun, termasuk anarkisme. Dalam kaitannya dengan masyarakat kita, hal
tersebut juga terjadi dalam proses akulurasi budaya barat dengan budaya kita.
Kebanyakan masyarakat hanya mengambil kesimpulan dangkal atas suatu paham dari
budaya barat, tanpa menyaring budaya tersebut agar dapat sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat kita.
Dari kedua faktor tersebut dapat kita
simpulkan bahwa anarkisme yang terjadi dimasyarakat kita saat ini didasari oleh
budaya kekerasan yang ada didalam masyarakat kita dan kemudian dipelrngkap oleh
pergeseran budaya oleh karena proses akuluturasi yang tidak sempurna atau dapat
dikatakan sebagai efek negatif dari globalisasi. Dengan menanamkan kembali
nilai-nilai ketimuran dari budaya kita semenjak usia dini (masa sekolah),
sekiranya dapat mengurangi sedkit demi sedikit budaya kekerasan yang terjadi
dimasyarakat kita saat ini. Selain itu pentingnya pengawasan dalam proses
akulurasi budaya barat, misal dalam dunia penyiaran, KPI berhak menseleksi
tayangan dari luar yang tepat bagi masyarakat kita sebagai langkah filterisasi
budaya barat agar tercipta akuluturasi yang positif. Jika kedua hal tersebut
dapat direalisasikan, maka secara bertahap anarkisme akan berkurang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
Referensi: