Sabtu, 14 Desember 2013

Ex. Kerangka Karangan (Outline)

Tema   : Kenakalan Remaja
Tujuan : Mengetahui pola kenakalan Remaja
Judul    : Mengatasi masalah kenakalan Remaja pada zaman modern

1.         Pengertian
1.1 Pengertian Remaja dan ciri-cirinya
1.2 Pengertian kenakalan Remaja menurut para ahli
2.         Penyebab terjadinya kenakalan remaja
2.1 Faktor internal :
      2.1.1 Krisis identitas
      2.1.2 Pengendalian diri yang lemah
2.2 Faktor eksternal :
      2.2.1 Lingkungan keluarga
      2.2.2 Teman / lingkungan pergaulan yang kurang baik
      2.2.3 Komunitas / lingkungan tempat tinggal yang kurang baik
3.         Macam-macam kenakalan remaja :
3.1 Penyalah gunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya
3.2 Perkelahian perorangan atau kelompok
3.3 Kebut-kebutan / balap liar
3.4 Freesex dan pemerkosaan
3.5 Pembunuhan dan tindak kriminal lainnya
4.         Dampak kenakalan remaja :
4.1 Remaja akan memiliki kepribadian yang buruk
4.2 Dihindari atau dikucilkan oleh masyarakat
4.3 Masa depan suram
5.         Cara menanggulangi kenakalan remaja :
5.1 Tindakan Preventif
       5.1.1 Mengenal dan mengetahui ciri umum remaja
       5.1.2 Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami remaja
       5.1.3 Usaha pembinaan remaja
5.2 Tindakan Represif
       5.2.1 Dirumah, Remaja harus menaati tata cara dan aturan yang berlaku
       5.2.2 Disekolah, Pelaksanaan hukuman terhadap pelanggaran yang dilakukan

       5.2.3 Tindakan kuratif dan rehabilitas

Selasa, 26 November 2013

OUTLINE (Kerangka Karangan)

Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.

Manfaat Kerangka Karangan :
1.      Untuk menyusun karangan secara teratur.
2.      Mempermudah pembahasan tulisan.
3.      Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.
4.      Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
5.      Memudahkan penulis mencari materi tambahan.
6.      Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
7.      Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.
Dengan adanya kerangka karangan, penulis bisa langsung menyusun tulisannya sesuai butir-butir bahasan yang ada dalam kerangka karangannya. Kerangka karangan merupakan miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk ini, karangan tersebut dapat diteliti, dianalisi, dan dipertimbangkan secara menyeluruh.
Syarat-syarat Kerangka Karangan yang Baik :
1.      Pengungkapan maksudnya harus jelas.
2.      Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.
3.      Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.
4.      Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.

Macam-macam Susunan Kerangka Karangan
1.      Alamiah
Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan nyata di alam. Oleh karena itu, susunan alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :

·         Berdasarkan urutan ruang
Topik yang diuraikan berkaitan erat dengan ruang / tempat : dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, urutan geografis.



Contoh :

Topik : Banjir
Tujuan : Untuk mengetahui lokasi banjir
Tema : Beberapa lokasi banjir di dunia
I. BANJIR YANG TERJADI DI LUAR INDONESIA
A. Banjir di Asia
1. Banjir di Jepang
2. Banjir di Singapura
B. Banjir di Eropa
1. Banjir di Spanyol
2. Banjir di Swedia
II. BANJIR YANG TERJADI DI INDONESIA
A. Banjir di Pulau Jawa
1. Banjir di Bandung
2. Banjir di Yogyakarta
B. Banjir di luar Pulau Jawa
1. Banjir di Manado
2. Banjir di Padang

·         Berdasarkan Urutan Waktu
Bahan-bahan ditulis berdasar tahap kejadian. Setipa peristiwa hanya menjadi penting dalam hubungannya dengan yang lain.

Contoh :
Topik: masyarakat
Tujuan: untuk mengetahui perkembangan masyarakat
Tema: Perkembangan masyarakat  dari jaman ke jaman
I. MASYARAKAT PEMBURU DAN PERAMU
A. Masyarakat Pemburu dan Peramu di Dunia
B. Masyarakat Pemburu dan Peramu di Indonesia
1. Di Irian
2. Di Kepulauan Mentawai
II. MASYARAKAT PETANI DAN PETERNAK
A. Masyarakat Petani  dan Peramu di Dunia
B. Masyarakat Petani dan Peternak di Indonesia
1. Masyarakat petani di Pulau Jawa
2. Masyarakat peternak di Nusa TenggaraTimur
III. MASYARAKAT INDUSTRI
A. Masyarakat Industri Modern
B. Masyarakat Industri Canggih

·         Berdasarkan Urutan topik yang ada.
Bagian-bagian diterangkan tanpa memasalahkan mana yang penting. Misal, laporan keuangan : pemasukan dan pengeluaran, bagian-bagian dalam sebuah lembaga, dll.

Contoh :

Topik: Hutan
Tujuan: Untuk mengetahui pemanfaatan hutan
Tema: Pemanfaatan hutan.
I. MANFAAT HUTAN SECARA ALAMIAH
A. Mencegah Erosi
B. Mengurangi Polusi
1. Polusi Udara
2. Polusi Suara
C. Sebagai Hutan Lindung
II. MANFAAT HUTAN SECARA EKONOMIS
A. Hutan Tanaman Industri
B. Hutan untuk Rekreasi
C. Hutan untuk Penelitian

2.      Logis
Merupakan unit-unit karangan berurutan sesuai pendekatan logika / pola pikir manusia. Untuk susunan logis, dibagi berdasarkan :

·         Klimaks-Anti klimaks
Anggapan bahwa posisi tertentu dari sebuah rangkaian merupakan posisi yang paling penting. Terdiri dari dua :
1)      Urutan klimaks = yang penting di akhir.
2)      Urutan antiklimaks = yang penting di awal.
Model ini hanya efektif untuk menguraikan sesuatu yang berhubungan dengan hirarki misalnya urutan pemerintahan.


·         Umum-Khusus
1)      Umum  – khusus : Hal besar diperinci ke  hal- hal yang lebih kecil atau bagian-bagiannya.
Misalnya uraian tentang Indonesia, lalu  suku-suku dan kebudayaannya.
2)      Khusus  – Umum : Sebaliknya.

·         Sebab-Akibat
1)      Sebab ke  akibat : masalah utama sebagai sebab, diikuti perincian akan akibat-akibat yang mungkin  terjadi.
Misal ; penulisan sejarah, berbagai  persoalan sosial : kerusakan hutan, perubahan  cuaca global.
2)      Akibat ke  sebab : masalah tertentu sebagai akibat, diikuti perincian sebab-sebab yang  menimbulkannya.
Misal : Krisis multidimensi di  Indonesia.
·         Proses
Dimulai  dari penyajian masalah sampai penulisan kesimpulan  umum atau solusi. Contoh: Banjir di Jakarta,  penyebabnya dan alternatif penyelesaiannya. 

Sistem Penomoran pada Kerangka Karangan
Ada dua cara :
1.      Sistem Campuran Huruf dan Angka
I.  Angka Romawi Besar untuk BAB
A. Huruf Romawi Besar untuk Sub Bab
1. Angka Arab besar
a. Huruf Romawi Kecil
i. Angka Romawi Kecil
(a) Huruf Romawi Kecil Berkurung
(1) Angka Arab Berkurung

Contoh :

I. Pendahuluan
II. Tingkat Ekonomi dan Fertilitas di Indonesia
A. Bukti-Bukti dari Sensus 2000
B. Bukti-Bukti dari Survei Fertilitas-Mortalitas 1995
C. Studi Kasus di Lampung
1. Pengukuran Fertilitas
2. Penyebab Perbedaan fertilitas
a. Retaknya Perkawinan
b. Abstinensi Setelah Melahirkan
c. Perbedaan Fekunditas
III. Kesimpulan

2.      Sistem Angka Arab (dengan digit).
1.
1.1
1.1.1
1.1.1.1
2.
2.1
2.1.1
dst.

Contoh :

1. Pendahuluan

2. Tingkat Ekonomi dan Fertilitas di Indonesia

2.1. Bukti-Bukti dari Sensus 2000

2.2. Bukti-Bukti dari Survei Fertilitas-Mortalitas 1995

2.3. Studi Kasus di Lampung

2.3.1. Pengukuran Fertilitas

2.3.2. Penyebab Perbedaan fertilitas

2.3.2.1. Retaknya Perkawinan

2.3.2.2. Abstinensi Setelah Melahirkan

2.3.2.3. Perbedaan Fekunditas

3. Kesimpulan

Berikut ini adalah beberapa poin penting yang harus diperhatikan saat membuat outline:

1.      Judul (walaupun biasanya judul akan muncul di otak kita saat tulisan sudah mulai ditulis, tapi ada baiknya memikirkan judul ini sejak awal)
2.      Tagline: seluruh inti cerita ditulis dalam satu kalimat singkat
3.      Tema: sangat penting, terutama agar kita mengenal tulisan kita itu
4.      Inti utama cerita, termasuk moral message yang akan kita sampaikan pada pembaca
5.      Tokoh, baik minor ataupun major: pikirkan karakter fisik maupun non-fisik dari tokoh
6.      Kronologi cerita, berupa bab awal sampai akhir.

DAFTAR PUSTAKA :


Selasa, 29 Oktober 2013

KALIMAT EFEKTIF

DEFINISI KALIMAT EFEKTIF:
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
SYARAT KALIMAT EFEKTIF :
1.      Bentukan kata harus sesuai EYD
Salah satu penyebab kalimat tidak efektif adalah penggunaan bentukan kata berimbuhan yang kurang tepat ataupun  tidak tepat dalam penulisan kalimat efektif..
Contoh:
1.    Anak-anak melempari batu ke dalam sungai. (Melempari
à Melemparkan)
2.    Guru menugaskan siswanya membuat karangan. (Menugaskan
à Menugasi)

2.      Struktur kalimat tepat
Penyebab lain ketidakefektifan kalimat adalah pemakaian struktur kalimat yang tidak tepat. Misalnya, penempatan subjek dan predikat yang tidak jelas.
Contoh:
1.    Di antara ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat. (Memiliki
à Terdapat)
2.    Kalau lulus ujian, maka saya akan mengadakan syukuran. (Maka saya akan
à Saya akan)

3.      Kesejajaran
Kesejajaran berarti kesamaan bentuk kata yang digunakandalam kalimat. Bila bentuk pertama menggunakan kata kerja, bentuk selanjutnya juga harus kata kerja. Dan seterusnya.
Contoh:
1.    Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar. (Mengecat
à Pengecatan)
2.    Kegiatan hari ini adalah mengedit karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah. (Mengedit
à Pengeditan)




4.      Kontaminasi
Dalam bidang bahasa, kontaminasi berarti kerancuan atau kekacauan penggunaan kata, frasa, maupun kalimat.
Contoh:

1.    Di yayasan itu dipelajarkan berbagai keterampilan wanita. (Dipelajarkan
à Diajarkan)
2.    Kita harus mengeyampingkan urusan pribadi kita. (Mengeyampingkan
à Mengesampngkan)
3.    Buku itu sudah dibaca oleh saya. (Dibac oleh saya
à Saya Baca

5.      Pleonasme
Gejala pleonasme berarti menggunakan kata-kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
1.    Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2.    Kesehatannya telah pulih kembali. Menggunakan kata baku
6.      Kelogisan
7.      Selalu menggunakan EYD
8.      Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya
9.      Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1.      Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
2.      Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
3.      Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
·         Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
4.      Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentangantara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
5.      Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
6.      Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
7.      Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
8.       Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.


DAFTAR PUSTAKA :